[img url="/" rel="SEURAMOE JEUMPA" src="http://1.bp.blogspot.com/-XWFdgGMuFPw/WS9BNw4AAJI/AAAAAAAAAPM/ybJ_43mbfCY2HgxN5ZQ01wVGB2pTz018wCK4B/s1600/10419684519072686025.gif"/]

Sosok Dibalik Meledaknya Kutidhing, Syekh Ghazali LKB Mengaku Kembangkan Musik Berawal Dari Ejekan

Kisah Syekh Ghazali LKB, sang produser dibalik meledaknya lagu Kutidhing, Rihon Meulambong, dan Hasan Husen serta awal mula semangatnya mengembangkan musik etnik aceh

Anda tentunya sudah tidak asing lagi dengan lagu Kutidhing dan Rihon Meulambong yang dipopulerkan Liza Aulia. Begitu juga dengan lagu Hasan Husen yang dibawakan Rafli. Namun, hanya sedikit yang tahu siapa sosok dibalik meledaknya lagu-lagu itu di pasaran. Dialah Syekh Ghazali LKB, sang produser perusahaan rekaman Kamoe Sajan Gata atau yang lebih dikenal dengan Kasga Record.

Sosok Dibalik Meledaknya Kutidhing, Syekh Ghazali LKB Mengaku Kembangkan Musik Berawal Dari Ejekan
Sosok Dibalik Meledaknya Kutidhing, Syekh Ghazali LKB Mengaku Kembangkan Musik Berawal Dari Ejekan


Om Syekh, begitu ia biasa disapa, adalah pria kelahiran Samalanga, 17 Agustus 1963 silam. Ia mulai berkecimpung di dunia musik Aceh sejak tahun 1998 saat pertama kali membentuk Kasga Record. Namun, Jauh sebelum itu ada cerita menarik untuk diulik dan menjadi titik balik perjalanannya dalam mengembangkan musik Aceh.

Era tahun 80-an, ia merantau ke Jakarta. Disana, ia mempunyai teman dari berbagai suku seperti Sunda, Jawa dan Batak. Mereka sering berkumpul dan menyanyi dengan membawakan lagu-lagu khas daerah mereka. Sampai tibalah giliran Syekh Ghazali untuk bernyanyi.

Pria yang hobi membaca ini pun kebingungan akan menyanyikan lagu apa. Ia akhirnya menyanyikan lagu Bungong Jeumpa, lagu wajib daerah Aceh yang sudah dikenal di seluruh Indonesia. Namun, tembang yang ia nyanyikan mendapat tanggapan dingin dari rekan-rekannya.

Bahkan ada salah satu teman yang kerap menyindirnya. “masak cuma lagu Bungong Jeumpa saja dari dulu dibawakan Aceh, lagu lain mana?”

Sudah tentu pasti sindiran itu membuat Om Syekh tersinggung. “Suatu saat nanti saya akan membuat lagu Aceh dan memperkenalkan lagu Aceh pada mereka,” batin Syekh.

Berawal dari kejadian itu semangat dan motivasi untuk memajukan Aceh di bidang musik pun mulai dalam dirinya. Setelah ia kembali ke Aceh pada tahun 1993, ia mulai merintis usaha untuk mengumpulkan modal. Kala itu ia pernah menyewakan buku dan novel miliknya dengan sistem antar jemput dan dari pintu ke pintu. Ia juga menyulap ruang tamu rumahnya menjadi ruang baca. Selain itu, ia juga menjadi distributor Teka Teki Silang.

Setelah memiliki sedikit modal, pada Tahun 1998 ia pun mulai belajar menjadi produser pada Ibnu Arhas, yakni salah seorang musisi Aceh yang karya-karyanya cukup digemari oleh masyarakat. Pada 2001, ia dikenalkan dengan Rafli oleh seorang temannya. Tahun 2002 ia mengeluarkan karya perdananya yaitu Cut Intan, Ainal Mardhiah dan Hasan Husen. Tahun 2003 ia memproduksi album Cut Miranda dan Rapai Kolaborasi Etnik Trendi (Raket).

Selain pada Ibnu Arhas, ia juga menimba ilmu pada Cut Rosmawar. Dengan banyaknya lagu-lagu Aceh yang diproduksinya, ia telah membuktikan kepada teman-temannya dulu bahwa lagu Aceh bukan hanya Bungong Jeumpa dan Bungong Seulanga.


Berkat kerja kerasnya dalam memajukan musik Aceh, 2014 lalu ia pun mendapat Anugerah Banda Aceh Madani 2014 oleh Wali Kota Banda Aceh sebagai pelopor musik etnik Aceh.

Label:

Posting Komentar

MKRdezign

{facebook#https://facebook.com/} {twitter#https://twitter.com/SeuramoeJeumpa} {google-plus#https://plus.google.com/u/0/104845329941163045524}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget